17 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi dan Contohnya
https://blogips-ekonomi.blogspot.com/2018/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-konsumsi.html
Advertisement
Baca Juga:
Konsumsi mengandung pengertian kegiatan mengurangi atau menghabiskan nilai guna barang atau jasa. Ini dilakukan oleh setiap orang dalam usaha memuaskan kebutuhannya secara langsung. Barang atau jasa yang dikonsumsi oleh setiap orang berbeda. Perbedaan itu terletak pada jumlah, jenis, dan kualitasnya. Mengapa bisa demikian?
Besar kecilnya konsumsi seseorang atau suatu rumah tangga ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut.
1. Besar Kecilnya Pendapatan
Untuk memperoleh barang-barang konsumsi diperlukan pengorbanan berupa uang yang berasal dari penghasilan atau pendapatan. Tingkat pendapatan berpengaruh terhadap besarnya konsumsi yang dilakukan.
Pada umumnya, semakin besar pendapatan yang diterima oleh seseorang, semakin besar pula daya belinya. Akan tetapi sebaliknya jika pendapatan seseorang semakin kecil, maka kemampuan membeli akan barang dan jasa juga semakin kecil, semakin sedikit barang atau jasa yang dapat dibeli/dimiliki.
Pendapatan dengan konsumsi dapat digambarkan dengan rumus sebagai berikut:
Y = C + S
Dengan:
Y = Pendapatan (Yield)
C = Konsumsi (Consumption)
S = Tabungan (Saving)
Sekarang coba kalian perhatikan tabel berikut ini.
Tabel Daftar Pendapatan, Konsumsi, dan Tabungan
Nama
|
Pendapatan/bulan
Dalam rupiah
|
Konsumsi
Dalam rupiah
|
Ditabung
Dalam rupiah
|
Pak Mangku
|
1.500.000
|
100.000
|
400.000
|
Pak Broto
|
2.500.000
|
1.900.000
|
600.000
|
Bu Maria
|
4.000.000
|
2.500.000
|
1.500.000
|
Semakin besar pendapatan seseorang semakin besar konsumsinya, dan semakin besar pula tabungannya.
2. Pendapatan yang mungkin diterima di masa yang akan datang
Expected income, seberapa banyak pun akan berpengaruh pada besarnya pengeluaran konsumsi masa sekarang. Semakin besar expected income, akan semakin besar pula pengeluaran konsumsinya. Contoh: Semakin dekat masa pensiun biasanya akan semakin hemat, karena pendapatan yang akan diterima akan menjadi lebih kecil. Akan tetapi jika pendapatan yang akan diterima seseorang diwaktu yang akan datang bertambah, maka konsumsinya saat sekarangpun mengalami kenaikan.
3. Pendapatan tertinggi yang pernah dicapai pada masa lampau
Pengeluaran konsumsi seseorang dipengaruhi juga oleh tingkat pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Dalam arti bahwa pengeluaran konsumsi seseorang tidak mudah berkurang meskipun pendapatan mereka berkurang.
Akibatnya seseorang itu akan mengurangi tabungannya/saving-nya. Bilamana pendapatan bertambah, maka konsumsi pun akan bertambah dan tabungannyapun akan bertambah dengan lebih cepat. Kenyataan ini akan terus berlangsung sampai pada tingkat pertambahan pendapatan tertinggi yang pernah dicapai semula.
4. Tingkat Bunga
Konsumsi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Khususnya mereka percaya bahwa naiknya suku bunga mendorong tabungan dan mengurangi konsumsi. Namun para kenyataan yang terjadi dapat sebaliknya, yaitu dengan naiknya tingkat bunga pendapatan meningkat dan justru kemudian akan menaikkan konsumsi.
5. Tingkat Harga Barang dan Jasa
Harga barang sangat menentukan terhadap besar atau kecilnya konsumsi seseorang. Jika harga barang naik, maka seseorang akan memperkecil konsumsinya, sebaliknya jika harga barang turun, seseorang akan memperbesar konsumsinya. Akan tetapi perubahan harga barang ini tidak berlaku untuk barang kebutuhan pokok pada umumnya yang selalu akan dibeli dalam jumlah yang relatif tetap, kendati harga mengalami perubahan.
6. Adat Istiadat dan Kebiasaan Konsumen
Adat istiadat dan kebiasaan cukup berpengaruh pada konsumsi seseorang atau masyarakat. Adat istiadat dan kebiasaan dapat menyebabkan seseorang berperilaku konsumtif.
Contoh:
■ Adat istiadat dilakukannya upacara-upacara ritual yang menggunakan bahan-bahan makanan atau yang lain, akan mempengaruhi tigkat konsumsi. Misalnya upacara Ngaben di Bali. Adat istiadat dan kebiasaan cukup berpengaruh pada konsumsi seseorang atau masyarakat.
■ Adat istiadat dan kebiasaan dapat menyebabkan seseorang berperilaku konsumtif. Contoh: Adat istiadat dilakukannya upacara-upacara ritual yang menggunakan bahan-bahan makanan atau yang lain, akan mempengaruhi tigkat konsumsi. Misalnya upacara Ngaben di Bali.
Info Ekonomi
|
Perilaku Konsumen Menjelang Lebaran
PERILAKU konsumen menjelang Idul fitri beraneka ragam, terbukti dengan semaraknya toko-toko, mal, dan pasar swalayan dijejali pembeli atau konsumen. Dalam kondisi seperti itu, konsumen tidak akan berpikir dua kali untuk membeli barang. Mereka tidak akan meneliti barang yang akan dibelinya, yang penting segala kebutuhan untuk Lebaran tersedia, Apalagi jika konsumen berperilaku konsumtif, mereka segera membeli jika kebutuhannya tersedia.
Sebaliknya, produsen atau pelaku usaha mengobral janji dan menggunakan segala cara agar barang dagangannya terjual. Produsen yang mempunyai moto pengeluaran sekecil-kecilnya dan keuntungan sebesar-besarnya itu secara tidak sadar bisa melanggar Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) No. 8 Tahun 1999 bab III pasal 6 dan 7 dan perbuatan itu juga dilarang bagi pelaku usaha pada bab IV pasal 8 sampai pasal 17 yang akan menjerat produsen ang tidak jujur, atau tidak beriktikad baik, bahkan menipu konsumen.
UUPK dengan segala kelebihan dan kekurangannya merupakan tonggak penting untuk melindungi konsumen, karena pada bab III pasal 4 dan 5 merupakan pasal yang menekankan hak dan kewajiban konsumen. Hak Konsumen itu antara lain, hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa serta banyak lagi. Selain itu, kewajiban konsumen yang beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.
UUPK pada pasal 6 yaitu hak dan kewajiban pelaku usaha dalam suasana menjelang Lebaran, yaitu konsumen harus menyikapinya dengan hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan produsen beriktikad tidak baik, sedangkan kewajiban pelaku usaha antara lain beriktikad baik dalam melakukan usahanya.
Rambu yang lain untuk pelaku usaha itu adalah pada Bab IV tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha. Konsumen mandiri adalah konsumen yang memiliki:
1. Perencanaan sebelum melakukan belanja.
2. Teliti sebelum membeli.
3. Berpikir dua kali sebelum membeli.
4. Mengadukan pelaku usaha kepada yang berwenang salah satunya BPSK jika terjadi adanya sengketa.
Ciri-ciri konsumen mandiri:
1. Sadar akan harkat dan martabat konsumen serta mampu melindungi diri sendiri dan keluarganya.
2. Mampu menentukan pilihan barang dan jasa sesuai kepentingan, kebutuhan, kemampuan dan keadaan yang menjamin keamanan, keselamatan, dan kesehatan konsumen sendiri.
3. Jujur dan bertanggung jawab.
4. Berani dan mampu mengemukakan pendapat serta berani memperjuangkan dan mempertahankan hak-haknya.
5. Berbudaya dan sadar hukum perlindungan konsumen.
|
7. Barang Subtitusi
Barang subtitusi/pengganti dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang/masyarakat. Jika terdapat barang yang dapat menggantikan fungsi suatu barang yang dibutuhkan seseorang dengan harga yang jauh lebih murah, maka barang tersebut dapat mempengaruhi konsumsi seseorang/masyarakat tersebut.
Contoh: Ember plastik dengan merek tertentu mahal harganya, sementara ada ember plastik merek lain atau ember seng yang harganya lebih murah, maka seseorang akan membeli ember merek lain atau ember seng yang lebih murah tersebut.
8. Jumlah Penduduk
Besarnya jumlah penduduk, akan berpengaruh pada pengeluaran konsumsi suatu masyarakat. Suatu perekonomian yang penduduknya relatif banyak, pengeluarannya untuk konsumsi pun akan lebih besar daripada perekonomian yang jumlah penduduknya sedikit, meskipun pendapatan nasional kedua masyarakat tersebut sama besarnya.
9. Banyaknya barang konsumsi yang tahan lama dalam masyarakat
Sedikit banyak pengeluaran masyarakat untuk konsumsi dipengaruhi oleh banyak sedikitnya “consumer’s durable” yaitu barang konsumsi terpakai lama seperti: rumah, motor, mobil pesawat televisi, lemari es, dsb. Pengaruhnya sebagai berikut:
1| Mengurangi pengeluaran konsumsi masyarakat tersebut. Misalnya dengan telah dimilikinya Televisi, maka acara menonton Bioskop berkurang
2| Menambah pengeluaran konsumsi. Misalnya dengan membeli mobil, maka acara pergi keluar kota semakin sering. Akibatnya pengeluaran bertambah besar untuk beli bensin, oli, reparasi, makan dsb.
3| Barang terpakai lama harganya mahal. Oleh karena itu untuk memperolehnya pada umumnya dibutuhkan masa untuk menabung . Masa hemat kita lakukan sebelum membeli, jika pembelian secara cash, sedangkan jika secara kredit masa menghemat kita lakukan sesudah pembelian.
10. Perkiraan Harga di Masa Datang
Prakiraan harga di masa datang akan memengaruhi keputusan untuk pengeluaran konsumsi saat ini. Apabila seorang konsumen memprakirakan bahwa harga suatu barang akan naik di masa yang akan datang, maka ia akan cenderung membeli saat ini sebelum harganya benar-benar naik.
Misalnya, ketika pemerintah mengumumkan rencana kenaikan harga BBM, maka masyarakat akan berbondong-bondong membeli bahkan menimbun BBM sebelum harganya benar-benar naik. Sebaliknya, apabila konsumen memprakirakan harga akan turun, ia akan menunda konsumsi sampai harga benar-benar turun.
11. Selera Konsumen
Di antara orang-orang yang usianya sama, namun pengeluaran konsumsinya tidak sama, karena perbedaan sikap menghemat atau attitude toward thrift dan selera masyarakat dalam berkonsumsi. Bila masyarakat memiliki selera yang menurun dalam konsumsi, maka tingkat konsumsi juga akan turun. Sebaliknya jika selera konsumsi masyarakat meningkat, hal ini akan meningkatkan konsumsi pula.
Contoh : Selera masyarakat untuk berekreasi beberapa waktu lalu menurun, akibat sering terjadinya kerusuhan dan tindakan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Maka hal ini juga menurunkan tingkat konsumsi masyarakat yang melakukan rekreasi. Namun setelah saat ini menjadi aman, maka selera masyarakat untuk berekreasi menjadi meningkat lagi, sehingga tingkat konsumsi mereka mengalami kenaikan.
Info Ekonomi
|
Faktor Psikologis yang Memengaruhi Konsumen
Pilihan barang atau jasa yang dikonsumsi seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologi, yaitu:
1. Motivasi
Motif atau dorongan adalah kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari kepuasan. Perusahaan dapat melakukan pendekatan ini dengan memberikan pemahaman yang menarik mengenai hubungan antara konsumen dengan merek barang atau jasa yang mereka beli. Teknik riset motivasi ini menyediakan cara yang fleksibel dan bervariasi untuk memperoleh pemahaman akan motivasi di balik tingkah laku konsumsi konsumennya.
2. Persepsi
Persepsi adalah proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti mengenai sesuatu hal. Orang dapat membentuk persepsi berbeda dari rangsangan yang sama karena tiga macam proses penerima indra, yaitu perhatian yang selektif, distorsi selektif, dan ingatan selektif.
Karena dari tiga hal tersebut, perusahaan harus bekerja keras untuk menyampaikan image akan produk atau jasa yang mereka tawarkan. Hal yang menarik adalah perusahaan kebanyakan khawatir mengenai apakah ada yang menerima penawaran produk mereka sedangkan konsumen khawatir bahwa mereka akan dipengaruhi oleh image perusahaan.
3. Pengetahuan
Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang timbul dari pengalaman. Apabila pengalaman yang didapat menyenangkan maka akan diperoleh tindakan, konsumen akan membeli kembali produk tersebut.
4. Keyakinan akan Sikap
Melalui tindakan dan pembelajaran, orang akan mendapatkan keyakinan dan sikap. Hal ini yang akan memengaruhi tingkah laku konsumen. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Sedangkan sikap menguraikan evaluasi, perasaan, dan kecenderungan dari seseorang terhadap suatu objek atau ide yang relatif konsisten.
Perusahaan cenderung berkeyakinan bahwa konsumen yang merumuskan mengenai spesifikasi produk dan jasa. Karena keyakinan ini menyusun citra produk dan merek yang memengaruhi tingkah laku konsumen dalam membeli barang dan jasa. Apabila ada sebagian keyakinan yang salah dan menghalangi pembelian, perusahaan harus berusaha untuk mengoreksinya.
|
12. Ketersediaan Barang dan Jasa
Meskipun konsumen memiliki uang untuk membeli, ia tidak dapat mengonsumsi barang yang diinginkan jika barangnya tidak tersedia. Misalnya, ketika pasokan gas elpiji terhambat, jumlah gas elpiji yang tersedia di pasaran berkurang sehingga banyak konsumen yang tidak dapat mengonsumsinya.
13. Lingkungan Sosial Budaya
Masyarakat di berbagai daerah memiliki lingkungan sosial budaya yang berbeda-beda. Hal ini menimbulkan adanya pola perilaku masyarakat yang berbeda pula, sehingga muncul berbagai macam kebutuhan, sesuai dengan kebiasaan masyarakat yang bersangkutan. Kondisi lingkungan sosial budaya dapat meliputi adat istiadat, kebiasaan, agama, keyakinan, atau aturan-aturan masyarakat.
Misalnya dalam masyarakat Jawa, peristiwa hidup seperti kelahiran, perkawinan, dan kematian harus disertai rangkaian upacara selamatan. Ritualritual yang berkaitan dengan adat sangat bervariasi dalam masyarakat. Hal ini akan meningkatkan permintaan akan barang tertentu. Upacara adat ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk membeli bahan pokok seperti beras, telur, gula pasir, sayur-mayur, dan sebagainya.
Faktor-faktor lain seperti pendidikan, tempat tinggal (di desa atau kota), jumlah anak dalam keluarga, usia keluarga, dan sebagainya juga memengaruhi tingkat konsumsi.