Loading...

Teori Nilai Subjektif: Pengertian, Tokoh dan Contoh dan Penjelasannya Lengkap

Advertisement
Para pelopor teori nilai subjektif adalah Herman Heinrich Gossen, Karl Menger, dan Von Bohm Bawerk. Dalam teori nilai objektif dikemukakan bahwa suatu barang yang memiliki guna pakai umum akan bernilai tinggi. Akan tetapi teori ini terbentur pada suatu paradoks bahwa air yang mempunyai guna pakai tinggi, tetapi bernilai rendah, sedangkan berlian/intan yang mempunyai guna pakai umum kecil, tetapi justru bernilai tinggi.
Teori Nilai Subjektif: Pengertian, Tokoh dan Contoh dan Penjelasannya Lengkap
Paradox antinomi nilai ini tidak dianalisis lebih lanjut oleh ajaran klasik. Analisis nilai suatu barang harus berpangkal pada subjek pemakai berhubung dengan pemuasan kebutuhannya. Gambaran yang lebih jelas dapat kalian ikuti analisis pemuasan kebutuhan menurut Hukum Gossen. Teori nilai menurut Gossen terkenal dengan nama hukum Gossen I dan hukum Gossen II.

Hukum Gossen I berbunyi “ Jika pemuasan kebutuhan dilakukan terus menerus, maka kenikmatan semakin lama semakin berkurang, dan pada suatu saat akan tercapai titik kepuasan” Hukum Gossen I disebut hukum guna batas yang semakin menurun. Bagaimana kenyataan hukum Gossen I tersebut dalam praktik?

Hukum Gossen tidak selalu berlaku tepat, karena ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Dalam kenyataan hukum Gossen I masih mendapatkan kritikan:
1. Tidak berlaku bagi pengisap madat, ganja, miras, obat terlarang (narkoba) yang semakin banyak minum justru semakin merasakan kenikmatan.
2. Orang tidak selalu memuaskan satu macam kebutuhan hingga mencapai kepuasan maksimal. Pada saat memuaskan telah mencapai titik kepuasan tertentu akan menyusul kebutuhan lain yang harus dipuaskan pula.

Untuk menyempurnakan hukum pertama, Gossen menyusun analisisnya lebih lanjut . Hasilnya adalah Hukum Gossen II, yang berbunyi “Manusia berusaha memuaskan kebutuhannya yang beraneka ragam hingga mencapai tingkat intensitas yang sama (harmonis).

Hukum Gossen II ini dipergunakan oleh Karl Menger untuk menyelidiki bagaimana orang membagi penghasilannya guna memenuhi kebutuhannya yang bermacam-macam. Pada umumnya seseorang akan menggunakan penghasilannya dengan sebaik-baiknya agar supaya kebutuhannya yang bermacam-macam dapat dipenuhi hingga tingkat kepuasan yang sama.

Kebutuhan yang perlu di dahulukan misalnya, makan, pakaian, perumahan, pendidikan, kesehatan baru kebutuhan sekunder seperti: rekreasi, hiburan, dan tabungan. Untuk kejelasan tersebut, paparan ini dapat kalian perhatikan pada daftar preferensi kebutuhan dibawah ini.
Pak Masruri mempunyai penghasilan Rp. 1.500.000,00 sebulan. Maka uang sebanyak ini tidak akan dipergunakan unrtuk memuaskan satu macam kebutuhan saja, misalnya hanya untuk makan sampai tingkat kepuasan yang maksimal, sedangkan kebutuhan lainnya diabaikan. Akan tetapi pendapatan Pak Masruri akan dipergunakan sebaik-baiknya agar supaya beberapa kebutuhannya dapat dipuaskan sampai tingkat kepuasan yang sama.

Kalian perhatikan contoh berikut ini.
No.
Jenis Kebutuhan
Jumlah Biaya
1.
Untuk makan keluarga
Rp.400.000,00
2.
Mengangsur perumahan
Rp.200.000,00
3.
Pakaian
Rp.80.000,00
4.
Pendidikan dan kesehatan
Rp.200.000,00
5.
Transportasi
Rp.160.000,00
6.
Bayar listrik dan air bersih
Rp.90.000,00
7.
Rekreasi dan hiburan
Rp.125.000,00
8.
Sosial dan iuran kampung
Rp.55.000,00
9.
Menabung
Rp.190.000,00

Tabel Daftar Kebutuhan Hidup
Makanan
Perumahan
Pakaian
Pendidikan &
Kesehatan
Transportasi
Listrik & air
Bersih
Rekreasi &
Hiburan
Sosial &
Kampung
menabung
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10








9
9







8
8
8






7
7
7
7





6
6
6
6
6




5
5
5
5
5
5



4
4
4
4
-
-
4


3
3
3
3
3
3
-
3

2
2
2
2
2
2
-
-
2
1
1
1
1
1
1
-
1
-
0
0
0
0
0
0
0
0
0


Jadi dengan pendapatan sebesar Rp 1.500.000,00 Pak Masruri dapat memuaskan kebutuhan sampai golongan kebutuhan yang ke sembilan (9), sedangkan kebutuhan yang ke sepuluh dan seterusnya tidak dapat dipuaskan. Namun jika pendapatan Pak Masruri mengalami kenaikan atau harga barang-barang turun, maka kebutuhan yang ke sepuluh dan seterusnya akan dapat dipuaskan.

Akan tetapi sebaliknya, jika pendapatan berkurang atau tingkat harga barang-barang pada umumnya naik, maka golongan kebutuhan yang dapat dipuaskan akan berkurang dan tingkat kepuasannya akan berkurang. Golongan Kebutuhan yang masih dapat dipuaskan dengan pendapatan seseorang disebut dengan nama kebutuhan batas dan nilai kepuasannya disebut nilai batas.

Dalam tabel diatas, golongan kebutuhan batas adalah kebutuhan kesembilan (9), sedangkan nilai batasnya adalah dua (2) yaitu sewaktu penghasilan Pak Masruri dipergunakan untuk memuaskan golongan kebutuhan menabung dengan nilai kepuasan (nilai batas) sebesar dua (2).

Selanjutnya menurut teori nilai subjektif, tinggi/rendahnya nilai suatu benda ditentukan oleh faktor-faktor:
1) guna pakai barang untuk memuaskan kebutuhan.
2) intensitas kebutuhan konsumen.
3) banyak/sedikitnya persediaan yang dimiliki.

Suatu contoh, seseorang yang tinggal di daerah yang sukar untuk mendapatkan air, mempunyai lima drum/galon persediaan air. Masingmasing drum/galon disediakan untuk keperluan seperti tertera dalam tabel dibawah.
Tabel Persediaan dan Nilai
Persediaan
Persediaan
Nilai
Pertama
Minum dan memasak
10
Kedua
Mandi dan mencuci
8
Ketiga
Minuman ternak piaraan
7
Keempat
Menyiram tanaman
6
Kelima
Membersihkan lantai
4

Bila air untuk keperluan minum dan memasak tertumpah, dan air ini tidak dapat diganti dengan air persediaan yang lain, maka persediaan kedua yang akan dipergunakan untuk menggantikan yang pertama, sedangkan persediaan ketiga untuk menggantikan yang kedua.

Persediaan keempat dipergunakan untuk persediaan ketiga, dan kemudian meniadakan persediaan air untuk membersihkan lantai, maka berapakah nilai persediaan air setiap drum/galon tersebut?

Tiap drum/galon mempunyai nilai 4 (empat), karena tiap-tiap drum/ galon yang hilang dapat diganti dengan oleh drum yang ke lima yang nilainya = 4. Cara menetapkan nilai semacam ini lazim disebut faham kerugian.
Kesimpulan
Dari paparan diatas kiranya cukup jelas, bila teori nilai subjektif menegaskan bahwa “nilai suatu barang ditentukan oleh guna terendah yang masih dapat memuaskan kebutuhan seseorang” Teori nilai subjektif disebut teori nilai batas atau teori nilai Austria, yang dipelopori oleh Karl Menger, Leon Walras, dan Von Bohm Bawerk, serta Stanley Jevons.

Post a Comment

Mohon berkomentar secara bijak dengan bahasa yang sopan dan tidak keluar dari topik permasalahan dalam artikel ini. Dan jangan ikut sertakan link promosi dalam bentuk apapun.
Terimakasih.

emo-but-icon

Home item

Recent Posts