2 Macam Teori Perilaku Konsumen dan Contohnya Lengkap
https://blogips-ekonomi.blogspot.com/2019/10/2-macam-teori-perilaku-konsumen-dan-contohnya.html
Advertisement
Baca Juga:
Kegiatan suatu perekonomian merupakan gabungan kegiatan setiap orang. Pada materi ini akan membahas perilaku individu sebagai konsumen. Individu sebagai konsumen akan mengonsumsi berbagai macam barang dan jasa untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Individu konsumen yang rasional akan melakukan pilihan terhadap barang-barang dan jasa yang dikonsumsi yang dapat memberikan manfaat, kegunaan, dan kepuasan yang paling tinggi. Teori yang menganalisis perilaku individu konsumen ini dinamakan teori perilaku konsumen.
Ada dua pendekatan (teori) yang dapat menjelaskan perilaku konsumen, yaitu:
1. Teori Nilai Guna Kardinal (Cardinal Theory)
Menurut teori ini, kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif. Sedangkan, satuan kegunaan (utility) yaitu util. Keputusan untuk mengonsumsi suatu barang berdasarkan perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan. Misalnya, Rudi ingin membeli baju. Harga baju per potong Rp25.000,00. Berapa buah baju yang akan dikonsumsinya? Nah, untuk menjawabnya, Anda harus mengetahui dahulu nilai baju itu bagi Rudi yang diasumsikan setara dengan rupiah. Berikut ini contoh pola konsumsi Rudi.
Tabel 3.3 Pola Konsumsi Rudi
Harga Baju
per Potong (Rp)
|
Jumlah Baju yang
Dikonsumsi
|
Uang yang Harus
Dikeluarkan (Rp)
|
Kepuasan
Total/TU (Util)
|
Tambahan
Kepuasan/MU (Util)
|
25.000
|
1
|
25.000
|
50.000
|
50.000
|
25.000
|
2
|
50.000
|
125.000
|
75.000
|
25.000
|
3
|
75.000
|
185.000
|
60.000
|
25.000
|
4
|
100.000
|
225.000
|
40.000
|
25.000
|
5
|
125.000
|
250.000
|
25.000
|
25.000
|
6
|
150.000
|
250.000
|
0
|
25.000
|
7
|
175.000
|
200.000
|
-50.000
|
25.000
|
8
|
200.000
|
100.000
|
-100.000
|
Bagi Rudi, baju pertama mempunyai nilai kegunaan jauh lebih besar dibanding biaya yang harus dikeluarkan. Hanya dengan Rp25.000,00 diperoleh kegunaan 50.000 util. Bila dia menambah konsumsi bajunya, maka baju yang kedua memberi tambahan kepuasan (MU) lebih besar dari yang pertama, yaitu 75.000 util, berarti kepuasan total (TU) menjadi 125.000 util. Pada saat ia menambah konsumsi baju menjadi tiga, maka TU menjadi 185.000 util dan MU 60.000 util. Meskipun telah terjadi penurunan MU (hukum pertambahan manfaat yang makin menurun telah terjadi), tetap lebih menguntungkan.
Jika Rudi terus menambah konsumsi bajunya, maka setelah baju kelima penambahan konsumsi tidak menambah TU, bahkan dapat menurunkan TU karena MU sudah < 0 (negatif). Untuk lebih jelasnya, pelajari grafik di bawah ini.
Dari grafik di atas terlihat kurva TU pada awalnya menaik tajam, seiring naiknya nilai MU. MU akan mencapai maksimum dan selanjutnya menurun, menyebabkan slope kurva TU makin mendatar. Nilai TU maksimum pada saat nilai MU = 0. Dari grafik itu pula, Rudi akan berhenti mengonsumsi pada baju yang kelima. Apa akibatnya jika Rudi terus menambah membeli baju? Tindakan itu bukan saja tidak menambah TU, bahkan menguranginya. Rudi berhenti mengonsumsi pada saat harga baju (Rp25.000,00) sama dengan nilai utilitas marginal (Rp 25.000,00).
2. Teori Nilai Guna Ordinal (Ordinal Theory)
Menurut teori ordinal, kegunaan suatu barang dan jasa tidak dapat dihitung. Untuk lebih dapat memahami tentang teori ini, dapat dijelaskan dengan tabel berikut.
Tabel 3.4 Nilai Kepuasan dari Makan Bakso dan Makan Satai Ayam
Makan Bakso
(Mangkuk per bulan)
|
Makan Satai Ayam
(Porsi per bulan)
|
Nilai Kepuasan
|
10
|
3
|
100
|
8
|
4
|
100
|
6
|
6
|
100
|
4
|
8
|
100
|
3
|
10
|
100
|
Gambar 3.7 menunjukkan kurva indiferensi dengan 5 titik, yaitu titik A, B, C, D, dan E yang menunjukkan kombinasi konsumsi barang X dan Y. Kombinasi konsumsi barang X dan Y pada garis U1 menunjukkan tingkat kepuasan yang sama. Sedangkan tingkat kepuasan konsumsi seseorang akan barang dapat bertambah.
Hal ini ditunjukkan dari kumpulan kurva indiferensi (U1, U2, dan U3). Kurva indiferensi U2 menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan U1 dan kurva indiferensi U3 menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan U1 dan U2. Bagi konsumen kombinasi konsumsi barang X dan Y pada garis U3 lebih disukai konsumen daripada garis U1 dan U2.
Pola Hidup Hemat
Setiap saat Anda mengonsumsi barang dan jasa. Sadarkah Anda dengan hal itu? Alangkah baiknya, jika barang dan jasa itu selalu Anda catat. Mengapa demikian? Dengan catatan itu Anda akan mengetahui besarnya pengeluaran selama satu bulan. Kegiatan mencatat jenis atau jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi selama satu bulan akan dapat mengendalikan tingkat konsumsi. Apabila hal itu sudah Anda lakukan, Anda dapat memilah-milah barang-barang yang sangat diperlukan dan barang yang kurang diperlukan pada masa mendatang.
Sekarang coba lakukan kegiatan berikut ini.
Tugas Kelompok
a. Langkah Kerja:
1) Buatlah daftar jenis/jumlah barang dan jasa yang Anda konsumsi selama satu bulan.
2) Tulislah jenis/jumlah barang dan jasa yang Anda konsumsi selama satu bulan dalam daftar seperti di bawah ini.
No.
|
Jenis Kebutuhan
|
Jumlah
|
1.
|
Potong rambut
|
Rp5.000,00
|
2.
|
Buku tulis
|
Rp2.000,00
|
3.
|
……….
|
……….
|
4.
|
……….
|
……….
|
5.
|
……….
|
……….
|
b. Analisis:
1) Mengapa kita perlu membuat daftar jenis/jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi?
2) Apa yang harus Anda lakukan apabila barang dan jasa yang dikonsumsi terlalu banyak?
c. Kesimpulan:
Buatlah kesimpulan dari kegiatan tersebut. Kesimpulan itu ditulis pada selembar kertas, selanjutnya diserahkan kepada Bapak atau Ibu Guru untuk dinilai.
Setelah Anda melakukan kegiatan di atas, apakah Anda termasuk konsumtif atau hemat? Biasanya orang yang menerapkan pola hidup hemat selalu memenuhi kebutuhan sesuai kemampuan atau pendapatannya. Seseorang yang berpenghasilan banyak mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berpenghasilan sedikit. Akan tetapi, jika pekerja berpenghasilan banyak hendaknya bersikap wajar, sederhana, tidak boros, dan tidak berlebih-lebihan.
Adapun ciri-ciri seseorang atau keluarga berpola hidup boros seperti di bawah ini.
a. Mempunyai sifat konsumtif, yaitu cenderung membeli barang konsumsi yang harganya mahal dan kurang bermanfaat atau kurang begitu penting.
b. Kurang atau tidak memikirkan kehidupan masa depan dan cenderung mencari kesenangan belaka.
c. Cenderung mementingkan penampilan lahiriah.
Info Penting!
|
Sebagai alternatif jangka pendek, Anda bisa mengatur pengeluaran keluarga Anda. Tidak ada salahnya mengatur pengeluaran menurut prioritasnya. Artinya, Anda bisa mengelompokkan pengeluaran menurut kebutuhannya. Kemudian belilah barang-barang yang memang dibutuhkan terlebih dahulu, dan sedapat mungkin menunda pembelian barang-barang yang tergolong mewah. Berikut langkah-langkah dalam mengatur pengeluaran menghadapi kenaikan harga barang.
1. Cobalah membeli barang secara grosir untuk mendapatkan harga yang lebih murah.
Salah satu tempat yang menjual barang secara grosir adalah di pusat perkulakan, selain itu tempat lain yang bisa didatangi adalah tokotoko yang harganya bisa ditawar. Hal ini dengan pertimbangan harga yang lebih murah dibanding bila membelinya di toko eceran.
2. Jadikan harga sebagai salah satu faktor utama dalam memilih tempat berbelanja, apalagi berbelanja barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Ini karena barang-barang kebutuhan sehari-hari adalah kebutuhan yang harus dibeli secara rutin dan berulang. Sehingga bila Anda membelinya di tempat yang mahal, maka selisih harganya akan sangat terasa dibanding Anda membelinya di tempat yang lebih murah.
3. Membeli barang yang memang dibutuhkan terlebih dahulu.
Bedakan antara keinginan dan kebutuhan. Cobalah membeli barang yang memang dibutuhkan lebih dahulu. Setelah itu kalau memang masih diperlukan, membeli barang yang memang diinginkan. Jadi, kenapa tidak memprioritaskan uang Anda ke barang-barang yang memang dibutuhkan?
4. Jangan membeli barang hanya karena iklan.
Cobalah untuk tidak membeli barang hanya karena terbujuk iklan, tetapi karena Anda memang mencari barang tersebut dan memang membutuhkannya. Iklan dibuat agar Anda membeli, bukan sekadar memberi Anda informasi.
|
Jadi, dalam melakukan kegiatan konsumsi seorang konsumen harus bertindak secara rasional. Rasional atau tidaknya seorang konsumen dalam melakukan tindakan konsumsi sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, tingkat kedewasaan, dan kematangan emosional. Karena tiga hal tersebut akan sangat memengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang tepat, bijaksana dan teliti dalam memilih akan membantu konsumen untuk menekan pengeluarannya sehingga konsumen tidak bersifat boros.