Indikator Ketimpangan Distribusi serta Usaha Untuk Meningkatkan Pendapatan Nasionaln Lengkap dengan Contoh
Distribusi pendapatan nasional akan menentukan bagaimana pendapatan nasional yang tinggi mampu menciptakan perubahan dan perbaikan dalam masyarakat, seperti mengurangi kemiskinan, penganguran, dan kesulitan –kesulitan lain dalam masyarakat. Distribusi pendapatan nasional yang tidak merata, tidak akan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara umum.
Sistem distribusi yang tidak merata hanya akan menciptakan kemakmuran bagi golongan tertentu saja. Perbedaan pendapatan timbul karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksi. Pihak yang memiliki faktor produksi yang lebih banyak akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak juga.
Ada beberapa indikator untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi pendapatan. Berikut beberapa contohnya.
1. Koefisien Gini (Gini Ratio)
Indikator yang digunakan untuk mengetahui adanya ketimpangan distribusi pendapatan nasional adalah dengan Indeks Gini (Gini Index) Besar koefisien Gini dimulai dari 0 sampai dengan 1.
Jika koefisien Gini 0 atau mendekati 0 artinya distribusi pendapatan merata dan sempurna, dan sebaliknya jika koefisien Gini menunjukkan angka 1atau mendekati angka 1 artinya terjadi ketimpangan dalam distribusi pendapatan nasional. Selanjutnya berapapun nilai koefisien gini yang diperoleh akan digambarkan dalam sebuah kurva yang di sebut dengan Kurva Lorenz.
Keterangan :
Garis diagonal menunjukkan kemerataan sempurna karena tiap titik pada garis diagonal merupakan tempat kedudukan prosentase penduduk yang sama dengan prosentase penerimaan pendapatan.
Contoh titik tengah garis diagonal menunjukkan 50% dari pendapatan didistribusikan persisi untuk 50% jumlah penduduk. Semakin jauh jarak garis kurva lorenz dengan garis diagonal semakin tinggi ketidakmerataanya, sebaliknya semakin dekat dengan garis diagonal maka semakin tinggi kemerataanya. Suatu distribusi semakin merata jika nilai koefisien gini mendekati nol (0) dan sebaliknya (daerah B merupakan daerah besarnya ketimpangan).
Apabila pendapatan dibagi secara merata maka semua titik berada pada garis diagonal sehingga nilainya nol (B tidak ada ) sebaliknya jika pendapatan hanya dinikmati satu pihak saja maka nilai koefisien Gini satu (1) dan daerah B sama dengan segitiga OP1 (A tidak ada/berimpit).
Patokan koefisien Gini
Koefisien | Distribusi Pendapatan |
X = 0 | Merata Sempurna |
< 0, 4 | Tingkat Ketimpangan Rendah |
0,4 – 0,5 | Tingkat Ketimpangan Sedang |
> 0,5 | Tingkat Ketimpangan Tinggi |
X = 1 | Tidak Merata Sempurna (dikuasai oleh satu pihak) |
Sumber : BPS tahun 2001: Koefisien Gini yang terjadi di Indonesia adalah sebagai berikut :
Tahun | Desa | Kota | Total |
1988 | 0,31 | 0,36 | 0,34 |
1990 | 0,25 | 0,34 | 0,32 |
1996 | 0,27 | 0,36 | 0,36 |
1999 | 0,26 | 0,34 | 0,33 |
2. Menurut Bank Dunia
Bank Dunia mengukur ketimpangan distribusi pendapatan suatu negara dengan melihat besarnya kontribusi 40% penduduk termiskin. Kriterianya dapat dilihat pada tabel berikut.
Distribusi Pendapatan | Tingkat Ketimpangan |
Kelompok 40% termiskin pengeluarannya <12% dari keseluruhan pengeluaran | Tinggi |
Kelompok 40% termiskin pengeluarannya 12% - 17% dari keseluruhan pengeluaran | Sedang |
Kelompok 40% termiskin pengeluarannya >17% dari keseluruhan pengeluaran | Rendah |
Menurut teori neoklasik, perbedaan kepemilikan faktor produksi, akan berkurang melalui suatu proses penyesuaian otomatis. Jika proses tersebut masih belum mampu menurunkan perbedaan pendapatan yang sangat timpang, dapat dilakukan melalui sistem perpajakan dan subsidi. Kedua sistem ini dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan redistribusi pendapatan.
Penetapan pajak pendapatan akan mengurangi pendapatan penduduk yang pendapatannya tinggi. Sebaliknya, subsidi akan membantu penduduk yang pendapatannya rendah, tetapi tidak salah sasaran dalam pemberiannya.
Pajak yang telah dipungut dengan menggunakan sistem tarif progresif (semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi persentase tarifnya) oleh pemerintah digunakan untuk membiayai roda pemerintahan, subsidi, dan proyek pembangunan. Dari sinilah terjadi proses redistribusi pendapatan yang akan mengurangi terjadinya ketimpangan.
3. Usaha Meningkatkan Pendapatan Nasional
Setelah kita memahami tentang manfaat dan tujuan mempelajari pendapatan nasional maka tentunya kita memiliki gambaran bagaimana kiat atau usaha yang sesuai untuk meningkatkan pendapatan nasional, untuk itu ada beberapa cara yang dianggap cocok antara lain sebagai berikut :
1. Kita tingkatkan pembangunan nasional di segala bidang, khususnya sector ekonomi tanpa harus meninggalkan aspek –aspek kepribadian bangsa.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan mutu pendidikan nasional dan pemberian pelatihan –pelatihan.
3. Memberikan kesempatan kepada perusahaan –perusahaan swasta untuk bisa mengembangkan usahanya bagi terciptanya kemajuan ekonomi
4. Mendorong dan meningkatkan perkembangan industri kecil dan rumah tangga sebagai penopang sekaligus mitra bagi pergerakan industri menengah dan industri besar.
5. Membuka dan meningkatkan kesempatan untuk berinvesatasi bagi para pemilik modal baik lewat PMDN maupun lewat PMA.