Indeks Harga: Pengertian, Ciri, Jenis, Peranan, Cara Penyusunan dan Metode Perhitungan
Biasanya, indeks harga ditetapkan atas hasil pengumpulan data oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Penetapan indeks harga ini bukan berasal dari seluruh jenis barang dan jasa yang beredar di pasaran, melainkan hanya diambil beberapa barang (sampel). Masing –masing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot (weighted) berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot yang lebih besar.
1. Pengertian Angka Indeks
Angka indeks adalah suatu ukuran statistik untuk menyatakan perubahan –perubahan relatif yang terjadi dari waktu ke waktu terhadap nilai suatu variable atau sekelompok variabel, yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Angka indeks merupakan suatu angka yang dapat digunakan untuk melakukan perbandingan antara kegiatan yang sama dalam waktu yang berbeda. Contohnya, kegiatan produksi, ekspor, hasil penjualan, dan jumlah uang yang beredar.
Dengan angka indeks, dapat diketahui maju mundumya suatu usaha atau kegiatan. Oleh karena itu, banyak pihak yang membutuhkan angka indeks untuk mengetahui perubahan –perubahan yang terjadi pada dua waktu yang berlainan. Pihak –pihak yang berkepentingan atas angka indeks, antara lain, pemilik perusahaan, pejabat pemerintah, ahli ekonomi, dan penegak hukum.
2. Ciri –ciri Indeks Harga
Indeks harga mempunyai ciri –ciri di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Indeks harga sebagai standar sebagai perbandingan harga dari waktu ke waktu.
2. Penetapan indeks harga didasarkan pada data yang relevan.
3. Indeks harga ditetapkan oleh sampel, bukan populasi.
4. Indeks harga dihitung berdasarkan waktu yang kondisi ekonominya stabil.
5. Penghitungan indeks harga menggunakan metode yang sesuai dan tepat.
6. Penghitungan indeks harga dilakukan dengan cara membagi harga tahun yang akan dihitung indeksnya dengan harga tahun dasar dikali 100.
3. Jenis-Jenis Indeks Harga
Dalam bidang ekonomi, dikenal tiga macam angka indeks yang utama yaitu sebagai berikut.
a. Angka Indeks Harga (Price Relative)
Angka indeks harga adalah suatu ukuran yang menunjukkan tentang perubahan –perubahan yang terjadi pada harga dari waktu ke waktu. Indeks harga yang disusun dari periode ke periode dapat digunakan untuk mengetahui pola perubahan dari tahun ke tahun, yang meliputi:
1) Perubahan biaya hidup,
2) Nilai Ekspor dan impor,
3) Siklus perdagangan,
4) Harga emas murni, dan
5) Nilai tukar rupiah terhadap valuta asing.
b. Angka Indeks Kuantita (Quantity Relative)
Angka indeks kuantita yaitu angka indeks yang menunjukkan perubahan –perubahan yang terjadi pada jumlah komoditas yang dihasilkan atau jumlah komoditas yang dikonsumsi dari waktu ke waktu.
c. Angka Indeks Nilai (Value Relative)
Angka indeks nilai yaitu angka indeks yang menunjukkan perubahan nilai uang dari suatu periode ke periode lain, yang diperoleh dengan cara melakukan perkalian antara harga dan kuantitas.
d. Indeks Harga Implisit
Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju inflasi yang sangat terbatas. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya, dapat digunakan indeks harga implisit (GNP deflator). Dengan metode ini, Anda dapat membandingkan pertumbuhan ekonomi nominal dengan pertumbuhan ekonomi riil.
GNP deflator adalah rasio GNP (Gross National Product) nominal pada tahun tertentu terhadap GNP riil pada tahun tersebut. Hal ini merupakan ukuran inflasi dari periode di mana harga dasar untuk perhitungan GNP riil digunakan sampai GNP sekarang. Perhitungan cara ini melibatkan semua barang yang diproduksi.
Misalnya, Indonesia memproduksi dua jenis barang, yaitu radio dan televisi. Pada tahun 1996, jumlah produksi radio adalah 1.000 buah dan produksi televisi berjumlah 500 buah. Harga radio Rp50.000,00 per buah, sedangkan harga televise Rp500.000,00 per buah. Pada tahun 2006, produksi kedua barang tersebut mengalami peningkatan dari segi jumlah dan harganya.
Produksi radio menjadi 1.500 buah dan televisi 750 buah. Sedangkan harga radio naik menjadi Rp80.000,00 dan harga televisi naik menjadi Rp800.000,00 maka GNP deflator tahun 2006 dapat dihitung sebagai berikut.
Tahun | Radio | Televisi | GNP Nominal | ||
Jumlah | Harga (Rp) | Jumlah | Harga (Rp) | ||
1996 | 1.000 | 50.000 | 500 | 500.000 | (1.000 x Rp50.000) + (500 x Rp500.000) |
|
|
|
|
| = Rp 300.000.000 |
2006 | 1.500 | 80.000 | 750 | 800.000 | (1.500 x Rp80.000) + (750 x Rp800.000) |
|
|
|
|
| = Rp 720.000.000 |
GNP riil tahun 2006 dengan menggunakan tingkat harga tahun sebagai tahun dasar 1996 adalah:
(1.500 × Rp50.000,00) + (750 × Rp500.000,00) = Rp75.000.000,00 + Rp375.000.000,00
= Rp450.000.000,00
GNP deflator tahun 2006 adalah:
Rp720.000.000 | x100% | = | 160% |
Rp450.000.000 |
Oleh karena tahun dasar sebagai pembanding terhadap periode lain selalu diberi nilai seratus maka, dalam periode tahun1996 hingga 2006 terjadi kenaikan harga sebesar 60%
(160% - 100 = 60%), atau rata -rata | 60 | % | = | 6% per tahun |
10 |
4. Peranan Indeks Harga dalam Ekonomi
Indeks harga merupakan barometer kondisi ekonomi secara umum. Para pemimpin atau manajer selalu dihadapkan pada data –data yang harus diolah sehingga bisa digunakan sebagai input untuk pengambilan keputusan. Dengan indeks harga, para pemimpin atau manajer dapat mengelola data –data yang ada, sehingga dapat mengetahui perkembangan usaha atau kegiatan yang dilakukan.
Saat ini kebutuhan para pemimpin atau manajer akan indeks harga berbagai barang sangat besar sekali yang disebabkan oleh persaingan –persaingan yang sangat ketat pada zaman globalisasi ekonomi.
Peranan indeks harga dalam ekonomi antara lain sebagai berikut.
a. Indeks harga merupakan petunjuk atau barometer dari kondisi ekonomi umum. Hal ini mengandung maksud sebagai berikut.
- Indeks harga grosir dapat menggambarkan secara tepat tentang tren perdagangan.
-Indeks harga diterima petani dapat menggambarkan kemakmuran di bidang agraria.
b. Indeks harga umum merupakan pedoman bagi kebijakan dan administrasi perusahaan.
c. Indeks harga dapat dipergunakan sebagai deflator, maksudnya bahwa pengaruh perubahan harga dapat dihilangkan dengan cara membagi nilai tertentu dengan indeks harga yang sesuai. Proses ini dinamakan proses deflasi dan pembaginya disebut deflator.
d. Indeks harga dapat dipakai sebagai pedoman bagi pembelian barang –barang. Maksudnya ialah harga barang yang dibeli dapat dibandingkan dengan indeks harga eceran atau indeks harga grosir agar dapat diukur efisiensi pembelian barang –barang yang bersangkutan.
e. Indeks harga barang –barang konsumsi merupakan pedoman untuk mengatur gaji buruh atau menyesuaikan kenaikan gaji buruh pada masa inflasi.
Dilihat dari fungsinya, peranan indeks harga dalam kegiatan ekonomi adalah:
a. Alat bagi pemerintah untuk menetapkan kebijaksanaan –kebijaksanaan harga di masa yang akan datang, agar tidak terjadi adanya penetapan harga secara sewenang –wenang oleh produsen yang dapat menyebabkan terjadinya kondisi yang tidak seimbang antara harga barang dan jasa yang harus dibayar konsumen dengan kemampuan membeli konsumen.
b. Indeks harga dapat dijadikan sebagai dasar perbandingan untuk mengukur tingkat kemajuan ekonomi masa sekarang dengan masa –masa sebelumnya,
c. Indeks harga dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui faktor –faktor yang menyebabkan kemajuan ekonomi dan faktor –faktor yang menghambat kemajuan ekonomi, dan
d. Indeks harga dapat dijadikan sebagai dasar untuk menetapkan pola –pola kebijaksanaan ekonomi secara keseluruhan, dan kebijaksanaan moneter.
5. Penyusunan Indeks Harga
Adapun hal –hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angka indeks atau indeks harga di antaranya sebagai berikut.
a. Perumusan Tujuan Penyusunan Angka Indeks
Penyusunan angka indeks bertujuan untuk mengukur perubahan atau membandingkan perubahan antara variable –variabel ekonomi dan sosial. Dalam menyusun angka indeks perlu dirumuskan tentang apa yang akan diukur, bagaimana cara mengukur, dan untuk apa pengukuran tersebut dilakukan.
b . Sumber dan Syarat Perbandingan Data
Penyusunan indeks harga selama periode tertentu membutuhkan data, baik jumlah produksi maupun harga barang dari tahun –tahun yang bersangkutan. Dalam hal ini harus ditentukan macam –macam barang yang akan dimasukkan dalam penghitungan angka indeks. Kesulitan utama dalam penyusunan angka indeks adalah memilih komponen yang termasuk sekumpulan variabel yang akan dipertimbangkan.
Misalnya indeks bahan makanan, pilihlah jenis bahan makanan yang sering digunakan oleh masyarakat umum, akan tetapi pemilihan jenis barang harus representatif (dapat mewakili). Cara ini biasa disebut judgment sampling (metode sampel).
c. Pemilihan Periode Dasar
Periode dasar atau tahun dasar (base year/basic year) adalah periode atau tahun yang angka indeksnya 100 atau 100%, sedangkan tahun berikutnya sebagai tahun tertentu (given year).
Adapun cara pemilihan periode dasar dapat kamu lihat pada contoh berikut ini.
Diketahui angka indeks dari tahun 2000 sampai 2003, yaitu:
- Tahun 2000 = 100,
- Tahun 2001 = 110,
- Tahun 2002 = 115, dan
- Tahun 2003 = 120.
Dari indeks harga tersebut, yang dianggap sebagai tahun dasar adalah tahun 2000, karena menunjukkan angka 100%. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih tahun dasar antara lain sebagai berikut.
1) Pemilihan periode tahun dasar dilakukan dalam keadaan perekonomian dianggap relatif stabil (normal).
2) Periode dasar tidak terlalu pendek atau terlalu panjang ,maksudnya jarang sekali periode dasar yang menggunakan waktu seminggu lebih lama dari lima tahun.
3) Pemilihan tahun dasar atau periode dasar dapat juga berdasarkan suatu kejadian penting.
d. Pemilihan Timbangan (Weight)
Dalam membandingkan suatu barang, selain faktor harga sebaiknya juga memperhatikan faktor kuantitas sebagai timbangan (weight) atau angka –angka penimbang. Pada barang yang dianggap penting, faktor penimbangnya akan tinggi, sedangkan pada barang yang kurang penting akan rendah.
6. Metode Penghitungan Indeks Harga
Penghitungan angka indeks dapat dilakukan dengan beberapa metode. Oleh karena itu, perlu dilakukan pilihan yang tepat agar tujuan angka indeks yang telah ditetapkan dapat tercapai. Pada dasarnya terdapat dua metode penghitungan angka indeks yaitu sebagai berikut.
a. Angka indeks sederhana atau angka indeks tidak ditimbang (simple agregative methode) dibagi dalam bentuk agregatif sederhana dan rata –rata harga relatif atau agregative relative.
b. Angka indeks yang ditimbang, dibagi menjadi bentuk agregatif sederhana dan rata –rata harga relatif tertimbang.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan pembahasan berikut ini.
a. Indeks Harga Tidak Tertimbang dengan Metode Agregatif Sederhana
Angka indeks yang dimaksud dalam penghitungan indeks harga tidak tertimbang meliputi indeks harga, kuantitas, dan nilai. Marilah kita simak pembahasannya masing –masing.
1) Angka indeks harga (price = P)
IA | = | ∑Pn | x | 100 |
∑Po |
Keterangan:
IA = Indeks harga yang tidak ditimbang
Pn = Harga yang dihitung angka indeksnya
Po = Harga pada tahun dasar
Contoh:
Macam Barang | Harga 2003 | Harga 2004 |
A | Rp 200,00 | Rp 300,00 |
B | Rp 300,00 | Rp 350,00 |
C | Rp 500,00 | Rp 500,00 |
D | Rp 100,00 | Rp 50,00 |
E | Rp 200,00 | Rp 300,00 |
∑ | Rp 1.300,00 | Rp 1.500,00 |
Berdasarkan data di atas, maka angka indeks harga tahun 2004 adalah:
IA | = | 1.500 | x100 | = | 115,38% |
1.300 |
Jadi, harga tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 15,38%.
2) Angka indeks kuantitas (quantity = Q)
IA | = | ∑Qn | x | 100 |
∑Qo |
Keterangan:
IA = Indeks kuantitas yang tidak ditimbang
Qn = Kuantitas yang akan dihitung angka indeksnya
Qo = Kuantitas pada tahun dasar
Contoh :
Macam Barang | Kuantitas 2003 | Kuantitas 2004 |
A | 50 Unit | 100 Unit |
B | 100 Unit | 100 Unit |
C | 200 Unit | 250 Unit |
D | 300 Unit | 450 Unit |
E | 150 Unit | 100 Unit |
∑ | 800 Unit | 1. 000 Unit |
Berdasarkan data di atas, maka angka indeks kuantitas tahun 2004 adalah:
IA | = | 1000 | x100 | = | 125% |
800 |
Jadi, pada tahun 2004 terjadi kenaikan kuantitas sebesar 25%.
3) Angka indeks nilai (value = V)
IA | = | ∑Pn.Qn | X | 100 |
∑Po.Qo | ||||
atau | ||||
IA | = | ∑Vn | X | 100 |
∑Vo |
Keterangan:
IA = Angka indeks nilai
Vn = Nilai yang dihitung angka indeksnya
Vo = Nilai pada tahun dasar
Penghitungan angka indeks dengan metode agregatif sederhana mempunyai kebaikan karena bersifat sederhana, sehingga mudah cara menghitungnya. Akan tetapi, metode ini mempunyai kelemahan yaitu apabila terjadi perubahan kuantitas satuan barang, maka angka indeksnya juga akan berubah.
b . Angka Indeks Tertimbang
Penghitungan angka indeks tertimbang dapat kamu lakukan dengan beberapa metode. Simaklah penjelasannya masing –masing pada pembahasan berikut ini.
1) Metode agregatif sederhana
Angka indeks tertimbang dengan metode agregatif sederhana dapat dihitung dengan rumus seperti dibawah ini.
IA | = | ∑ (Pn.W) | x | 100 |
∑ (Po.W) |
Keterangan:
IA = Indeks harga yang ditimbang
Pn = Nilai yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun dasar
W = faktor penimbang
Contoh penghitungan angka indeks harga dapat kamu lihat pada tabel berikut.
Macam Barang | Harga 2003 (Po) | Harga 2004 (Pn) | Weight (W) | Pn x W | Po x W |
A | Rp 200,00 | Rp 300,00 | 5 | Rp 1.500,00 | Rp 1.000,00 |
B | Rp 300,00 | Rp 350,00 | 10 | Rp 3.500,00 | Rp 3.000,00 |
C | Rp 500,00 | Rp 500,00 | 20 | Rp 10.000,00 | Rp 10.000,00 |
D | Rp 100,00 | Rp 50,00 | 5 | Rp 250,00 | Rp 500,00 |
E | Rp 200,00 | Rp 300,005 | 10 | Rp 3.000,00 | Rp 2.000,00 |
∑ | Rp 18.250,00 | Rp 16.500,00 |
Berdasarkan data di atas, maka angka indeks harga tahun 2004 dapat dihitung dengan cara:
IA | = | ∑ (Pn.W) | X | 100 | = | 18.250 | x 100 | = | 110,61% |
∑ (Po.W) | 16.500 |
Jadi, pada tahun 2004 terjadi kenaikan harga 10,61%.
2) Metode Laspeyres
Angka indeks Laspeyres adalah angka indeks yang ditimbang dengan faktor penimbangnya kuantitas tahun dasar (Qo).
IL | = | ∑ (Pn.Qn) | x | 100 |
∑ (Po.Qn) |
Keterangan:
IL = Angka indeks Laspeyres
Pn = Harga tahun yang dihitung angka indeksnya
Po = Harga pada tahun dasar
Qo = Kuantitas pada tahun dasar
Untuk lebih jelasnya tetang penghitungan angka indeks Laspeyres, perhatikan contoh di bawah ini.
Macam Barang | Harga | Kuantitas | Pn x Qo | Po x Qo | ||
2003 (Po) | 2004 (Pn) | 2003 (Qo) | 2004 (Qn) | |||
A | Rp 200,00 | Rp 300,00 | 50 Unit | 100 Unit | Rp 15.000,00 | Rp 10.000,00 |
B | Rp 300,00 | Rp 350,00 | 100 Unit | 100 Unit | Rp 35.000,00 | Rp 30.000,00 |
C | Rp 500,00 | Rp 500,00 | 200 Unit | 250 Unit | Rp 100.000,00 | Rp 100.000,00 |
D | Rp 100,00 | Rp 50,00 | 300 Unit | 450 Unit | Rp 15.000,00 | Rp 30.000,00 |
E | Rp 200,00 | Rp 300,00 | 150 Unit | 100 Unit | Rp 45.000,00 | Rp 30.000,00 |
∑ | Rp 210.000,00 | Rp 200.000,00 |
Berdasarkan data di atas, maka indeks Laspeyres dapat dihitung sebagai berikut.
IL | = | 210.000 | x | 100 | = | 105% |
200.000 |
Berarti terjadi kenaikan harga sebesar 5% pada tahun2004.
3) Metode Paasche
Angka indeks Paasche adalah angka indeks yang tertimbang dengan faktor penimbang kuantitas tahun n (tahun yang dihitung angka indeksnya) atau Qn
IP | = | ∑ (Pn.Qn) | x | 100 |
∑ (Po.Qn) |
Keterangan:
IP = Angka indeks Paasche
Pn = Harga tahun yang dihitung angka indeksnya
Po = Harga pada tahun dasar
Qn= kuantitas tahun yang dihitung angka indeksnya
Berikut adalah contoh penghitungan angka indeks tertimbang dengan metode Paasche.
Macam Barang | Harga | Kuantitas | Pn x Qo | Po x Qo | ||
2003 (Po) | 2004 (Pn) | 2003 (Qo) | 2004 (Qn) | |||
A | Rp 200,00 | Rp 300,00 | 50 Unit | 100 Unit | Rp 30.000,00 | Rp 20.000,00 |
B | Rp 300,00 | Rp 350,00 | 100 Unit | 100 Unit | Rp 35.000,00 | Rp 30.000,00 |
C | Rp 500,00 | Rp 500,00 | 200 Unit | 250 Unit | Rp 125.000,00 | Rp 125.000,00 |
D | Rp 100,00 | Rp 50,00 | 300 Unit | 450 Unit | Rp 22.500,00 | Rp 45.000,00 |
E | Rp 200,00 | Rp 300,00 | 150 Unit | 100 Unit | Rp 30.000,00 | Rp 20.000,00 |
∑ | Rp 242.500,00 | Rp 240.000,00 |
Berdasarkan data di atas, maka indeks Paasche dapat dihitung sebagai berikut.
IP | = | 242.500 | x | 100 | = | 101, 4% |
240.000 |
Berarti terjadi kenaikan harga sebesar 1,04% pada tahun 2004.
Dari Metode Laspeyres dan Metode Paasche terdapat suatu kelemahan sebagai berikut.
- Angka indeks Laspeyres mempunyai kelemahan yaitu hasil penghitungan lebih besar (over estimate), karena pada umumnya harga barang cenderung naik, sehingga kuantitas barang yang diminta mengalami penurunan. Dengan demikian besarnya Qo akan lebih besar daripada Qn.
- Angka indeks Paasche mempunyai kelemahan yaitu hasil penghitungan cenderung lebih rendah (under estimate), karena dengan naiknya harga akan menyebabkan permintaan turun, sehingga Qn lebih kecil daripada Qo.
Untuk menghilangkan kelemahan tersebut dilakukan dengan cara mengintegrasikan angka indeks tersebut, yaitu dengan menggunakan metode angka indeks Drobisch and Bowley.
4) Metode Drobisch and Bowley
Angka indeks tertimbang dengan Metode Drobisch and Bowley dapat dirumuskan sebagai berikut.
ID | = | IL + IP |
2 |
Keterangan:
D = Angka indeks Drobisch
IL = Angka indeks Laspeyres
IP = Angka indeks Paasche
Contoh soal:
Berdasarkan penghitungan angka indeks Laspeyres dan Paasche, pada soal di atas dapat dihitung besarnya indeks Drobisch sebagai berikut.
ID | = | 105+101,04 | = | 206,04 | = | 103,02% |
2 | 2 |
Berarti terdapat kenaikan harga 3,02% pada tahun 2004.
5) Metode Marshal Edgewarth
Menurut metode ini, angka indeks ditimbang dihitung dengan cara menggabungkan kuantitas tahun dasar dan kuantitas tahun n, kemudian mengalikannya dengan harga pada tahun dasar atau harga pada tahun n. Angka indeks Marshal Edgewarth dapat dirumuskan sebagai berikut.
IM | = | ∑ (Qo+Qn)Pn | x | 100 |
∑ (Qo+Qn)Po |
Untuk lebih jelasnya, perhatikan data pada tabel dibawah ini agar kamu dapat mencari angka indeks Marshal Edgewarth.
Macam Barang | Harga | Kuantitas | Pn x Qo | Po x Qo | ||
2003 (Po) | 2004 (Pn) | 2003 (Qo) | 2004 (Qn) | |||
A | Rp 200,00 | Rp 300,00 | 50 Unit | 100 Unit | Rp 45.000,00 | Rp 30.000,00 |
B | Rp 300,00 | Rp 350,00 | 100 Unit | 100 Unit | Rp 70.000,00 | Rp 60.000,00 |
C | Rp 500,00 | Rp 500,00 | 200 Unit | 250 Unit | Rp 225.000,00 | Rp 225.000,00 |
D | Rp 100,00 | Rp 50,00 | 300 Unit | 450 Unit | Rp 37.500,00 | Rp 75.000,00 |
E | Rp 200,00 | Rp 300,00 | 150 Unit | 100 Unit | Rp 75.000,00 | Rp 50.000,00 |
∑ | Rp 452.500,00 | Rp 440.000,00 |
Berdasarkan data di atas, maka angka indeks Marshal Edgewarth dapat dihitung sebagai berikut.
IM | = | 452.500 | x | 100 | = | 103% |
440.000 |