Konsumsi : Pengertian, Faktor yang Mempengaruhi, Tujuan, Fungsi, dan Hubungannya dengan Disposabel
1. Pengertian Konsumsi (Consumption)
Konsumsi adalah kegiatan dalam memanfaatkan atau menggunakan barang dan jasa. Konsumsi dalam arti ekonomi adalah semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan konsumsi atau pengeluaran konsumsi terdiri atas konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (private consumption).
Dari dua komponen pengeluaran total agregatif suatu perekonomian, pengeluaran rumah tangga swasta merupakan pengeluaran agregat terbesar. Pengeluaran pemerintah digunakan untuk subsidi daerah otonom, subsidi pangan, gaji pegawai, perbaikan sarana publik, dan pembayaran cicilan utang.
2. Faktor –Faktor yang Memengaruhi Tingkat Konsumsi
Banyak faktor yang memengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga. Faktor –faktor tersebut dapat berasal dari faktor ekonomi maupun faktor yang berasal dari nonekonomi.
a. Faktor –Faktor Ekonomi
Faktor –faktor ekonomi yang memengaruhi konsumsi di antaranya sebagai berikut.
1) Pendapatan Rumah Tangga (Household Income)
Pendapatan merupakan suatu balas jasa dari seseorang atas tenaga atau pikiran yang telah disumbangkan, biasanya berupa upah atau gaji. Makin tinggi pendapatan seseorang makin tinggi pula daya belinya dan semakin beraneka –ragamlah kebutuhan yang harus dipenuhi. Sebaliknya makin rendah pendapatan sesorang, makin rendah daya belinya karena kebutuhan akan barang dan jasa disesuaikan dengan pendapatan yang rendah itu.
Contohnya jika pendapatan Pak Maman sangat rendah maka keluarganya hanya mampu membeli beras untuk konsumsi dengan kualitas rendah. Lauk yang digunakan pun mungkin hanya ikan asin yang murah. Sarana hiburan yang ada di rumah juga hanya televise hitam putih saja.
Tetapi jika penghasilan Pak Maman meningkat, beras yang dipilih adalah beras berkualitas nomor satu, lauk ikana sin diganti dengan daging ayam. Demikian juga, sarana hiburan televisi hitam putih disingkirkan diganti dengan televisi warna, layar datar.
2) Kekayaan Rumah Tangga (Household Wealth)
Kekayaan rumah tangga dapat berupa kekayaan riil (misalnya rumah, tanah, dan mobil) dan finansial (misalnya deposito berjangka, saham, dan surat –surat berharga). Kekayaan –kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi seseorang karena menambah pendapatan disposabel. Hubungan antara kekayaan dan konsumsi adalah positif. Artinya, semakin banyak kekayaan seseorang maka konsumsinya akan meningkat. Demikian sebaliknya.
3) Tingkat Bunga (Interest Rate)
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi. Dengan tingkat bunga tinggi, kegiatan konsumsi menjadi semakin mahal. Apalagi bagi mereka yang ingin mengonsumsi dengan sistem kredit, misalnya dengan meminjam bank atau menggunakan kartu kredit. Biaya bunga untuk kredit yang tinggi menyebabkan biaya konsumsi semakin mahal. Mereka lebih baik menunda atau mengurangi konsumsi.
Selain itu, tingkat bunga yang tinggi menyebabkan masyarakat lebih merasa untung jika menyimpan uangnya di bank daripada dihabiskan untuk konsumsi. Karena sebagian uangnya disimpan dibank maka uang yang tersedia untuk konsumsi berkurang.
4) Perkiraan Masa Depan (Household Expectation About the Future)
Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik, mereka akan merasa leluasa untuk berkonsumsi. Karena itu pengeluaran konsumsi cenderung meningkat. Tetapi sebaliknya, jika perkiraan kondisi masa depan buruk, mereka ancang –ancang untuk menekan pengeluaran konsumsi.
b. Faktor –Faktor Demografi (Kependudukan)
1) Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang mendiami suatu negara akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan, tingkat kosumsi dilihat dari semua pelaku kegiatan ekonomi, yaitu rumah tangga produsen, rumah tangga pemerintah, dan rumah tangga konsumen.
Contohnya terjadi pada negara Amerika Serikat dan Jepang. Pengeluaran konsumsi negara tersebut puluhan kali lipat besarnya daripada Indonesia. Walaupun jumlah penduduk hampir sama dengan Indonesia tetapi pendapatan per kapita Amerika Serikat jauh lebih besar.
2) Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk suatu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi, di antaranya usia, pendidikan, dan wilayah. Semakin banyak penduduk yang berusia kerja atau usia produktif (15-64 tahun), semakin besar tingkat konsumsi, terutama jika sebagian besar dari mereka mendapat kesempatan kerja yang tinggi, dengan upah yang tinggi.
Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga semakin tinggi. Pada saat seseorang berpendidikan tinggi, kebutuhan hidupnya semakin banyak. Semakin banyak penduduk yang tinggal di perkotaan (urban), pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi. Umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif dibanding masyarakat pedesaan.
c. Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya ternyata juga berpengaruh terhadap besarnya tingkat konsumsi dalam masyarakat. Misalnya pola kebiasaan makan, perubahan etika, dan tata nilai. Contoh nyatanya adalah berubahnya kebiasaan berbelanja dari pasar tradisional ke pasar swalayan menyebabkan konsumsi meningkat karena suasana belanja yang lebih praktis dan nyaman.
Dalam kenyataannya sulit memilah faktor apa yang paling memengaruhi terjadinya perubahan konsumsi. Sebab ketiga faktor diatas saling terkait. Bisa saja dalam kelompok masyarakat berpendapatan rendah ternyata konsumsinya sangat tinggi karena pengaruh kehidupan kelompok kaya yang mereka tonton di televisi.
3. Tujuan Konsumsi
Setiap hari kita makan. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan konsumsi. Apakah tujuan dari kegiatan konsumsi? Manusia senantiasa berusaha untuk memperoleh kepuasan setinggi –tingginya dan mencapai tingkat kemakmuran dengan memenuhi berbagai macam kebutuhannya. Usaha itu dilakukan dengan mengkonsumsi barang dan jasa yang dibutuhkan.
Tujuan konsumsi antara lain sebagai berikut.
1. Pendapatan seseorang tidak semuanya dihabiskan untuk konsumsi.
2. Konsumsi akan menciptakan tingkat permintaan masyarakat.
3. Konsumsi dapat memenuhi kebutuhan nilai ganda pada seseorang.
4. Konsumsi dapat memenuhi kepuasan seseorang.
4. Fungsi Konsumsi
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara sifat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dan pendapatan nasional (atau pendapatan disposable) perekonomian tersebut.
Dari gambar tersebut, Anda bisa melihat karakteristik dari kurva konsumsi.
1. Kurva konsumsi memiliki slope (kemiringan) positif. Artinya, bila pendapatan (Y) naik, maka konsumsinya (C) juga naik.
2. Kurva konsumsi memotong sumbu C di atas nol. Artinya, walaupun pendapatan nol, konsumsinya masih positif. Contohnya pengangguran, anak –anak, orang yang sudah tua dan tidak berpendapatan, tetap melakukan konsumsi walaupun tidak memiliki pendapatan.
3. Konsumsi tidak dapat nol. Artinya, meskipun tidak memiliki pendapatan, konsumsi tetap harus dilakukan, bisa dengan jalan meminjam atau menarik tabungan.
Contoh :
Besarnya konsumsi seseorang sebelum memperoleh pendapatan sebesarRp400.000,00 per bulan. Namun setelah dia bekerja dan memperoleh pendapatan sebesar Rp1.000.000,00, tingkat konsumsinya mengalami peningkatan sebesar Rp600.000,00 per bulan. Maka, besarnya konsumsi orang tersebut adalah:
a = Rp 400.000
b | = | ΔC | = | 600.000 | - | 400.000 | = | 200.000 | = | 1 | = | 0,2 |
ΔY | 1.000.000 | - | 0 | 1.000.000 | 5 |
Y | = | 1.000.000 |
C | = | a + bY |
= | 400.000 + 0,2 (1.000.000) | |
= | 400.000 + 200.000 = 600.000 |
Jadi, konsumsi orang tersebut sebesar Rp600.000,00.
5. Hubungan Pendapatan Disposabel dan Konsumsi
Hubungan antara konsumsi dan pendapatan disposabel serta menganggap konstan faktor –faktor penentu konsumsi yang bukan berasal dari pendapatan dinamakan fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi dirumuskan dalam persamaan linear.
C = a + bYd atau C = Co + bYd |
Keterangan :
a = Besarnya konsumsi saat pendapatan sama dengan nol (Y = 0);
b = Tambahan konsumsi karena bertambahnya pendapatan. b bernilai antara 0 dan 1 (0 < b < 1);
Yd = Pendapatan disposabel;
Co = Konsumsi otonom
C = Pengeluaran atau tingkat konsumsi masyarakat.
Kecenderungan mengonsumsi marjinal (Marginal Propensity to Consume) adalah konsep yang menggambarkan hubungan antara pertambahan pendapatan dan pertambahan konsumsi. Dengan kata lain, MPC menunjukkan gambaran tentang berapa konsumsi akan bertambah jika pendapatan disposabel bertambah satu unit.
MPC | = | ΔC |
ΔYd |
Keterangan :
MPC = Marginal Propensity to Consume
ΔC = Pertambahan Konsumsi
ΔYd = Pertambahan Pendapatan Disposabel
Adapun kecenderungan mengonsumsi rata –rata (Average Propensity to Consume) adalah perbandingan atau rasio antara konsumsi total dan pendapatan dispoabel total.
APC | = | C |
Yd |
Keterangan :
APC = Average Propensity to Consume
C = Total Konsumsi
Yd = Pendapatan Disposabel
Contoh, sebuah fungsi konsumsi C = 500 + 0,8 Y, dari fungsi tersebut, saat pendapatan nasional nol, konsumsi masyarakat sebanyak Rp500 miliar. Besaran angka ini dilambangkan dengan a (autonomous consumption), yaitu besarnya konsumsi yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional.
Tanda positif (+) menunjukkan hubungan yang positif antara konsumsi dan pendapatan. Bila pendapatan nasional naiksebanyak Rp1 miliar, konsumsi akan naik sebesar Rp0,8 miliar. Angka0,8 adalah slope fungsi konsumsi (b) yang nilainya sama dengan 'C/'Y = 0,8 = 0,8 miliar/1 miliar. Karena MPC sebesar 0,8 maka besarnya MPS adalah 0,2.